Kamis, 11 Agustus 2016

KERJA KERASKU UNTUK CALON BROADCASTER



Di era globalisasi ini pendidikan sangant diperlukan untuk menunjang kesuksesan seseorang, itu lah yang menjadikan semangat bagi waluyo untuk memperjuangkan cita-cita anaknya untuk menjadi seorang broadcaster. Tak peduli berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai anaknya untuk menyelesaikan kuliahnya.
Sejak tahun 2014, anaknya mulai duduk dibangku perkuliahan jurusan komunikasi massa. Bermodalkan dari hasil sawah dan beberapa pekerjaan sampingan lainnya, ia mampu memenuhi biaya yang harus dibayarkan mulai dari pembeyaran DPI jurusan komunikasi, hingga semua biaya yang diminta oleh pihak kampus serta uang kos dan biaya hidup anaknya.
Waluyo adalah petani di sebuah desa yang terletak di kabupaten klaten, umurnya yang sudah hampir setengah abad tak menghalangi niat baiknya untuk mewujudkan cita-cita anaknya menjadi seorang broadcaster. Dia tak pernah bosan melakoni aktifitasnya sebagai seorang petani.
“ya beginilah aktifitas saya setiap hari, mengurus sawah agar hasil panen tidak merugi, sesekali juga membajak sawah kalok ada yang memerlukan bantuan, kalok pulang selalu membawa rumput untuk pakan ternak juga.”
Bapak dari dua orang anak ini tak ingin nasib anaknya berakhir seperti dirinya yang hanya menjadi seorang petani desa. Dulu ia memang dilahirkan dari keluarga miskin, almarhum ibunya harus berjuang membiayai dirinya dan kedua kakaknya seorang diri, lantaran ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk tak meneruskan sekolahnya lantaran merasa kasihan terhadap ibunya.
Jika para petani umumnya bisa kaya dari hasil panennya ketika musim panen, tidak dengan waluyo. Karena baginya tak gampang menjadi seorang petani, ia harus pandai memutar otak agar hasil panennya tak merugi. Karena, tak jarang hasil panen yang ia dapatkan tak sebanding dengan modal yang dikeluarkan untuk menanam dulu, walaupun terlihat banyak hasil panennya, namun tak banyak laba yang diperolehnya.
Penidikan itu Penting
Walaupun waluyo hanya seorang petani, namun ia meahami betul jika pendidikan itu sangat dipentingkan di era globalisasi ini bagi anak-anaknya. Dunia akan terus berkembang maju, jika anaknya tak mengenyam pendidikan maka akan tertinggal sangat jauh di belakang. Ini ia lakukan karena sudah kewajibannya sebagai orang tua untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya.
Jika para petani desa hanya mencukupkan pendidikan anaknya di bangku sekolah menengah atas, tidak dengan waluyo. Waluyo begitu meris melihat realitas di desanya, padahal jika dilihat dari sisi ekonomi mereka lebih mampu dan berlebih jika mau menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi.
Sebagian orang tua belum memahami pentingnya pendidikan, begitu juga dengan anaknya. Mereka hanya berfikir bagaimana mendapatka pekerjaan dengan bermodalkan pada ijazah SMA. Bahkan mereka sudah pesimis tidak mampu menyelesaikan admistrasi pembayaran di perguruan tinggi. “ padahal jika mereka mau dan niat menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi pasti akan diberi jalan oleh Allah. Apa lagi ini untuk pendidikan, pasti ada saja jalan rezkinya.”
Waluyo bersyukur karena anak-anaknya mengerti betapa pendidikan itu penting, ia hanya perlu meendukung dan mendoakan saja. Ia tak ingin anaknya bernasib sama dengannya dimasa mendatang, bahkan ia rela mengorbankan apa saja demi anaknya. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana mencari rezki untuk membiayai anaknya bersekolah. Karena menurutnya menuntut ilmu setinggi-tingginya itu penting. Orang yang berilmu dan bermanfaat bagi orang banya itu mempunyai derajat sendiri.
Arti Broadcaster
Waluyo sebagai ayah sekaligus kepala keluarga tak memaksa kehendaknya kepada anaknya untuk menentukan masa depan. Ia percayakan massa depan anak-anaknya kepada masing-masing anaknya, karena menurutnya yang akan menjalani masa depan adalah anak-anaknya sendiri. Ia hanya perlu mengarahkan dan mendoakannya apa yang ingin dirain anak-anaknya dimasa depan.
Termasuk pilihan anaknya yang memasuki dunia broadcaster, sebenarnya waluyo agak tak setuju dengan pilihan anaknya dalam memasuki dunia broadcaster yang cukup berat. Seorang broadcaster yang dikejar-kejar deadline, waktunya banyak terbuang  untuk pekerjaannya dari pada dengan keluaarga, ditambah lagi dengan kodisi kesehatan putrinya yang jika terlalu capek akan langsung drop.
“sebenarnya saya ingin anak saya menjadi akuntan saja, melanjutkan pendidikannya yang dulu sudah ditekuni sewaktu SMK.”ucap waluyo, namun ia sadar tak mungking memaksa kehendaknya. Ia begitu menyayangi putri-putrinya dengan caranya sendiri. Waluyo membiarkan anak-anaknya menempuh jalan kesuksesannya masing-masing entah apa yang akan dilakukan anaknya, asalkan pekerjaan itu halal. Ia akan selalu mendukung dan mendoakan. “saya hanya bisa mendukung serta mendoakan apa yang sudah menjadi cita-cita anak-anak saya dalam meraih kesuksesannya, karena kita tak akan tau apa yang akan terjadi dimasa depan.” Ucap waluyo mantap
Mengakhiri ceritanya, waluyo berharap kelak anak-anaknya mampu mengamalkan ilmu yang diperolehnya serta turut membantu memajukan bangsa serta mendapatkan apa yang sudah dicita-citakan anak-anaknya.

0 komentar:

Posting Komentar