Jumat, 10 Februari 2017

kepercayaan





Hai, kenalin nama ku tiya. Aku adalah seorang gadis remaja yang mudah percaya dengan orang meskipun itu baru aku kenal sekali pun. Asalkan kamu baik sama aku dan selalu jujur dengan aku maka aku akan dengan gampang percaya sama kamu, tapi jika kamu sedikit saja melukai atau berbohong dengan ku maka aku akan langsung gak respack lagi sama kamu dan mungkin aku bakal benci sampai mendarah daging sama kamu. Jadi intinya adalah kamu baik, maka aku akan lebih baik dari kamu, but kamu jahat sama aku, bisa jadi aku akan lebih jahat sama kamu.
Pagi ini adalah hari pertama aku MOS, kegiatan wajib bagi siswa siswi baru ditahun ajaran baru. Hari ini aku jadi orang gila baru dengan segala peralatan MOS yang sudah ditentukan untuk dibawa. Jam tangan ku sudah menunjukkan pukul 06.30 dan teman ku yang berjanji ingin menjemput ku untuk berangkat bareng belum datang juga, dan tak ada kabar dari dia. Aku mencoba untuk menghubungi dia karena ibu ku tercinta sudah mulai ngoceh gak jelas karena aku bisa telat dihari pertama ku masuk dimasa putih abu-abu ini. Aku mulai khawatir karena takut telat dan ibu yang sudah mulai geram karena aku tak kunjung berangkat, sementara waktu terus berjalan dan dirumah hanya tinggal kami berdua saja. Dan itu, artinya jika teman ku tak jadi datang menjemput, maka ibu ku tak bisa mengantarkan aku ke sekolah dengan alasan tak bisa mengendarai motor.

Saat aku mulai pasrah dengan keadaan, keajaiban seakan datang. Aku mendengar suara motor teman ku. Dan benar saja itu dia akhirnya datang juga dengan muka tanpa dosa. “lama banget neng? You know kita bias telat ini kita masuk pukul 07.00” oceh ku sambil berjalan menuju dia, dan ia hanya tertawa melihat raut muka ku yang begitu berantakan. Aku langsung berpamitan dengan ibu ku dan langsung naik ke motor dan menyuruh temanku untuk segera melaju. “jangan cemberut terus neng, kita masih punya waktu 15 menit untuk sampai di sekolah, tak usah kau ini takut terlambat.” Kata teman ku ini dengan santainya. Aku hanya diam saja tanpa menjawab dan focus terhadap pikiran ku sendiri.

Dan benar sana kita sampai di sekolah tepat saat bel berbunyi tanpa babi bu aku langsung menaruh tas dan menuju lapangan untuk mengikuti upacara pembukaan MOS tahun ajaran baru. Aku melihat sahabat ku dari SMP ternyata juga baru datang, aku berlari kecil menghampiri dia yang sedang berjalan menuju lapangan, “ mbak gina juga baru datang?” Tanya ku saat aku sudah disampingnya. “eh tiya, iya ni. Soalnya tadi angkotnya macet.” Jawabnya “na kamu sendiri tumben telat, mentang-mentang udah SMA ya?” Tanya sahabatku satu ini “engak gitu mbak. Ini tu gegara ina lama datengnya jadinya aku datang telat mbak.” Jawabku dengan muka bête. “kita itu gak telat tiya, kita datang tepat waktu” sela ina yang tak terima karena aku salahkan. “udah jangan berantem mulu, entar kita dimarahin sama kakak kelas lho karena berisik” mbak gina coba menegahi perdebatan ku dengan ida.



Jadi siswi SMK tak semenyengkan yang aku bayangkan, karena ternyata siswi SMK itu banyak kegiatan dan pelajaran baru yang membuat aku puyeng sendiri. Jadi siswi biasa aja udah banyak kegiatan karena kita selalu diberi tugas setiap hari udah gitu pulangnya juga selalu sore, ditambah lagi aku ikut osis, karena sok sokan pengen belajar berorganisasi. Pengen banget keluar dari osis atau osis gak usah ngadain kegiatan yang mengahuskan kita sering rapat sepulang sekolah yang membuatku pulangnya makin sore. Tapi alau dilihat kebelakang gimana perjuangan aku biar bias masuk osis, rasanya saying banget mau keluar. Jadi mau gak mau ya aku harus selesaikan masa jabatan aku di osis sampai akhir tahun ajaran ini.

Pulang sore setiap hari dan selalu banyak tugas dari guru-guru, ditambah kegiatan osis yang memaksa aku pulang petang membuat aku tak bias mengontrol kesehatan ku sendiri. Akhirnya aku tumbang dan terpaksa tak bisa masuk kesekolah hari ini, aku menghubungi Ida untuk menitipkan surat izin sakit agar diberika kepada guru yang mengajar hari ini, ia menyetujuinya dan saat itu juga ayah ku segera mengantarkan surat izin itu. “untung ina belum berangkat dek. Soalnya tadi dia sudah siap buat berangkat ke sekolanya.” Kata ayah ku saat sudah pulang dari mengantar surat dari rumah Ina.

Badan ku terasa sangat lemas karena dari pagi aku muntah terus, keringat terus keluar dari badan ku. Tiba tiba saja handphone ku berbunyi ada SMS masuk dari mbak Gina yang menayakan kenapa hari ini aku gak masuk. Aku langsung membalas “aku sakit mbak, emangnya Ina gak ngasih surat aku?”. Tak ada balasan dari sahabat ku ini, mencoba mengerti mungkin sedang ada guru dikelas jadi dia tak bias membalas SMS ku barusan. Aku mencoba berpikir positif, tiba-tiba aku terfikir untuk memberitahu wali kelas ku bahwa hari ini aku tidak masuk karena sakit dan sudah menitipkan surat izin kepada Ina. Ada satu pesan masuk dan ternaya dari wali kelas ku yang mengatakan Ida hari ini juga tidak masuk. Dalam hati ku berkata kok bisa Ina tidak masuk padahal tadi pagi saat ayah mengantar surat dia sudah siap berangkat ke sekolah.

Hari ini aku memaksakan untuk berangkat ke sekolah meskipun masi lemas dan msaatuntah walau tak sesering kemarin. Dengan di antar ayah ku aku berangkat hari ini, saat sampai di sekolah mbak gita juga baru sampai aku langsung dipapah masuk ke kelas. Tiba di kelas aku tak mendapati Ina disana, ternyata hari ini dia tak masuk lagi aku tak tau apa alasan dia tak masuk dan aku tak mau tau alasan dia karena aku terlalu kecewa dengan sikap dia.

“eh, tiya udah masuk.? Padahal masih pucet sama lemes gitu lho” sapa sahabat-sahabatku yang lain saat aku mulai duduk dibangku ku dengan mbak Gina.

“iya, soalnya takut dibilang bohong. Kemarinkan suratnya aku titipin Ina” jawabku lemas

“ina aja kemarin gak masuk.” Kata norma menoleh kearah ku

“iya aku tau kok, bu Puji bilang ke aku, makanya aku masuk biar gak disangka sakit bohongan” kata ku mencoba memberi penjelasan tentang keberangkatan ku hari ini. Bel masuk berbunyi, wali ku masuk setelah doa bersama selesai. Dia kaget melihat aku denga wajah pucat mencoba mengikuti kegiatan sekolah hari ini

“lho tiya kok sudah masuk? Kalau masih sakit gak masuk lagi gak apa-apa kok, biar sembuh dulu aja.” Kata wali ku sekaligus guru mata pelajaran produktif ku ini.

“iya bu” jawab ku singkat, karena aku sudah merasa mual ngin muntah lagi. Aku bergegas izin untuk ke toilet dan berlari sekuat tenaga agar aku tak muntah di tengah koridor sekolah. Aku langsung memuntahkan isi perutku karena sudah tak bias ku tahan lagi, aku bersandar lemas di dinding toilet sebentar untuk mengumpulkan tenaga agar bias kembali ke kelas. Tak lama pintu toilet di ketuk dan terdengar nama ku dipanggil dari balik pintu, dan aku sangat mengenal suara itu. “iya mbak, aku gak pa-pa kok” jawab ku sembari membuka pintu toilet dan berjalan keluar untuk kembali ke kelas. “kita ke UKS aja ya, biar kamu bias istirahat. Tadi aku udah izinin kok sama bu Puji.” Aku hanya menurut saja, dan berjalan lemas menuju UKS, di UKS aku langsung berbaring dan tidur dalam 5 menit. Mbak Gina setia menuggui ku, 15 menit aku tertidur di UKS.

Esok harinya Ina masuk, namun aku tak menyapa sama sekali dan tak bertanya kenapa dia tak masuk dua hari ini. Aku hanya ngobrol dan bercanda dengan teman teman ku yang lain, dan sesekali menyindir Ida karena sikap dia. Dan pas sekali ada teman yang menyakan kesehatan ku “”tiya udah sehatan sekarang, udah bias ketawa.” Katanya sambil berjalan di samping ku.” “iya ni” jawab ku singkat. “Kok kemarin kamu gak pakai surat izin kalu emang beneran sakit?” Tanya sarwati “aku tu udah buat suratnya dan ayah ku sudah antar kerumah teman kamu, dan kata ayah ku dia sudah siap berangkat ke sekolah karena dia udah dandan rapi dan udah manasin motor. Eh ternayata dia gak malah ikutan gak masuk. Kalau dia bilang ke ayah ku aku hari ini gak masuk om, kan jelas ayah ku bias anterin sendiri kesekolah. Nah ini, dia bilang iya om nanti saya sampaikan. Kan gak tanggung jawab baget dia.” Cerocos ku dengan emosi yang gak tertahan kan.



Ina sering sekali tak masuk sejak aku sakit dan ia tak menyerahkan surat ku kepada guru piket absensi hari itu. Aku juga tak mau mencari tau, karena aku sangat kecewa dengan sikap dia yang kurang amanah. Wali kelas mendesak aku untuk mencari tau apa alas an ida sering absen belakagan ini, dengan berat hati aku mengirim di pesan singkat “kenapa gak masuk lagi?” di cari bu Puji.” Tak ada balasan dari Ida, dan begitu artiya mau tak mau pulang sekolah nanti aku harus kerumah dia untuk mencari tahu langsung. Namun, hasilnya tetap saja sama rumahnya terkunsi tak ada satupun orang di rumahnya.

Satu minggu sudah Ina tak masuk sekolah, dan aku selalu ditanya tentang dia karena akulah yang paling dekat rumahnya dengan Ina. Dan hari ini aku diberi amanah guru BP untuk memberikan surat peringatan Ina kerumahnya karena dia sudah sering absen tidak masuk serta ini satu minggu berturut-turut dia tak masuk sekolah. Pulang sekolah aku lewat jalan kampong agar aku tak perluputar balik untuk ke rumah Ida untuk meberikan surat peringatan dari guru BP.

Ina masuk, namun hanya beberapa hari saja kemudia ia tak masuk lagi. Gerah dengan sikap Ina, akhirnya wali kelas memutuskan untuk datang langsung ke rumah Ina dengan Guru BP. Jadi pelajaran produktif hari ini dikosongkan dengan alasan gurunya sedang ada kepentingan, senangnya bias terlepas dari materi beberapa jam kedepan.



Hari ini aku ada rapat rutin osis, tak banyak yang dibahas hari ini karena tak ada kegiatan besar dalam waktu dekat ini. Jadi aku tak perlu pulang hingga petang, saat aku sudah diparkitan ada teman ku yang menghampiri.

“tiya kaum tau rumah ina kan?” Tanya dia saat sudah di samping ku

“iya tau, kenpa?” Tanya ku balik.

“boleh anter aku kesana sekarang? Soalnya aku tadi dikasi titipan guru BP buat ngasih surat ini ke Ina.” Jelasnya

“iya baiklah, searah ini kok rumah dia sama aku.” Kata ku

Kami bergegas menuju rumah Ina agar nanti tak pulang kesorean, karena hari ini banyak sekali tugas yang menanti untuk di kerjakan. Samapi di rumah Ina aku dipaksa untuk menemani dia masuk kedalam dengan alasan dia tak terlalu dekat dengan ina. Batin ku langsung berkata “emang aku deket dengan penghianat macam dia?”. Dengan langkah berat aku ikut masuk, kami disambut oleh ibunya Ina dan dipersilahkan masuk. Ina keluar dari kamarnya lemas sekali, ibunya cerita kalu ida sakit tipesnya kambuh, makanya dia gak masuk beberapa hari ini. Setelah mendengar cerita ibunya, nurul segera memberikan penjelasan tujuan kiat kerumahnya itu sebenarnya untuk memberikan titipan surat dari guru saja. Setelah urusan kami dirasa cuku kami segera berpamit untuk pulang.



Tanpa diduga hari ini wali kelas ku memberikan kami kabar bahwa Ina memutuskan berhenti sekolah dengan lasan sudah tak mau untuk berfikir lagi. Dan wali kelas meminta tolong untuk menyampaikan surat undangan untuk ibunya Ina agar datang kesekolah esok hari dengan kepentingan menyelesikan beberapa administrasi yang masih belum terselesaikan. Dan aku berharap itu adalah tugas terakhirku yang berurusan deng mantan teman ku itu, karena aku sudah tak respeck dengan dia lagi sejak kejadian surat izin sakit ku dulu.

Ibunya tak datang dengan alasan beliau sudah membayar semua administrasi sekolah lewat Ina. Wali kelas menitipka surat lagi agar ibunya Ina dan Ina mau kesekolah untuk terakhir kalinya karena wali kelas ingin memberika penjelasan secara detail mengenail administrasi sekolah. Dari situ aku berfikir jangan-jangan uang yang dipakai Ina untuk mentraktir aku bakso dan es buah waktu pulang sekolah dulu adalah uang yang harusnya dibayarkan ke sekolah?. Dan aku juga berfikir bahwa Ina memang tak bisa untuk dipercaya, karena dengan orang tuanya saja ia berani berbohong. Aku tak menyesal sedikitpun dengan sikap ku yang menyindir Ina selama ini kalau dia masuk sejak masalah surat izin sakit itu, karena ternyata ia memang tak bisa diberi kepercayaan.



Hari ini aku berangkat agak pagi, karena aku harus mampir dulu kerumah Ina untuk menyelesaikan tugas ku yang terakhir yang bersangkutang dengan Ina yaitu mengambil buku yang suda Ina pinjam dari perpustakaan sekolah yang belum ia kembalikan. Senang rasanya aku sudah terbebas dari INA. Bye kawan…