Visual
|
Audio
|
Bumper in
|
Instrument
|
Opening dan judul, tugu selamat datang
kota klaten
|
Instrument, Klaten / merupakan Kabupaten yang berada di Provinsi
Jawa Tengah
/ terletak di antara dua kota
besar yakni Yogyakarta dan Solo // Wilayah Kabupaten
Klaten terbagi menjadi tiga dataran / yakni Sebelah Utara Dataran Lereng
Gunung Merapi / Sebelah Timur Membujur Dataran Rendah / Sebelah Selatan
Dataran Gunung Kapur //
|
Icon kec. Tulung, umbul ponggok,
pesawat teater
|
Instrument, Kecamatan Tulung / merupakan
sebuah Kecamatan yang terletak di Kabupaten Klaten //
Kecamatan Tulung berada di bagian Utara
wilayah Kab. Klaten / berbatasan
dengan Kabupaten Boyolali // Di sebelah barat kecamatan ini sudah masuk
daerah pegunungan menuju Gunung Merapi // Sebagian besar penduduk Kecamatan
Tulung berprofesi sebagai petani // Namun / ada beberapa desa yang sebagian
besar penduduknya / berprofesi menjadi pengusaha tepung aren yang digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan mie bihun // Industri tepung aren ini terletak di Kel. Pucang
Miliran dan Kel. Dalemen / sehingga
untuk pengendalian
limbah industri rumah tangga pun belum teratasi dengan baik // Salah satu
industri rumah tangga yang menghasilkan banyak limbah / adalah industri
pengolahan mie sohun //
|
Aktifitas dikawasan home industri, dan
limbah soun
|
Instrument, Banyaknya limbah yang dihasilkan dari
pengolahan sohun tersebut menimbulkan
pencemaran lingkungan // Salah satunya adalah limbah padat atau yang sering kali disebut dengan sampah // Sampah yang tidak memiliki nilai
ekonomis ini / coba dimanfaatkan oleh petani jamur merang agar memiliki nilai
guna / serta untuk mengurangi
pencemaran lingkungan // Dengan memanfaatkan limbah padat tersebut / dapat
tumbuh
jamur merang karena jamur merang sendiri dapat tumbuh baik
di limbah
industri
rumah tangga / maupun di limbah pertanian //
|
Insert hamparan jamur merang
|
Instrument, jamur merang / merupakan jamur yang tumbuh di daerah tropis / dan
subtropis // dengan kelembapan serta suhu yang cukup tinggi yaitu antara Tiga puluh derajat celsius
sampai Empat puluh
derajat celsius //
|
Wawancara petani jamur merang
|
Original audio “alasan menggunakan
limbah sohun”
|
Proses pembuatan jamur merang
|
Instrument, vo dari wawancara petani
yang menjelaskan proses tanam jamur.
|
Kegiatan kelompok tani jamur
|
instrument
|
Wawancara tokoh masyarakat sekitar
|
Original audio, “pendapat mengenai
pemanfaatan limbah sebagai media tanam jamur merang”
|
Proses panen dan pendistribusian jamur
merang
|
Original audio, vo dari wawancara yang
menjelaskan panen dan penjualan jamur
|
Closing, credit title
|
Instrument
|
Minggu, 15 Juli 2018
Dilema 5 Hari Sekolah
Pendidikan
Dilema 5 Hari Sekolah
SURAKARTA, Program 5 hari sekolah yang akan diterapkan mulai tahun
ajaran baru 2017/2018, mendapat respon yang kurang posisitif dari sekolah.
Dengan alasan beban peserta didik akan menjadi lebih berat, karena dalam satu hari
peserta didik harus menerima materi dari pukul 07.00-16.00 atau kurang lebih selama 10 jam per hari.
Ditambah lagi dengan ekstrakulikuler yang wajib diikuti oleh para
siswa yang harus ditempatkan dihari sabtu, sehingga hari sekolah tetap 6 hari
dikarenakan hari sabtu digunakan untuk ekstra. Seperti halnya yang SMK N 7 Surakarta yang sudah menerapkan program 5
hari sekolah sejak semester dua tahun ajaran 2016/2017. “ jadi sebenarnya
anak-anak itu masih enam hari sekolah, bedanya yang satu hari itu tidak
pelajaran cuman ekstra” tutur Inti bgian Kurikulum SMK N 7 Surakarta. Jadi
menjadi polemik tersendiri bagi Sekolah Menengah Kejuruan karena jam
pembelajaran efektif 51 jam dalam satu minggu. Setelah satu semester diterapkan
ternyata menimbulkan dilemma tersendiri bagi siswa dan guru “kalau materi
pembelajaran sampai sorekan mereka juga sudah lelah” tutur Inti. Sehingga pihak
sekolah harus menyesuaikan untuk jadwal pembelajaran agar semua materi tetap
tersampaikan dengan maksimal.
“senengnya kalau sabtu kita bisa libur” kata farah salah seorang
murud SMK N 7 Surakarta. Mengenai manfaat dari program 5 hari sekolah sendiri
untuk saat ini belum terlihat. Melihat belum adanya kenaikan prestasi dari
siswa siswi sendiri sehingga masih menjadi dilema. (Sri Mulyati),
Langganan:
Postingan (Atom)